Selasa, 14 Mei 2013

Hidup..? apa itu.?


Setiap orang pasti memiliki kehidupan yang diimpikan masing-masing. Dengan minat dan hasrat yang berbeda, kita semua terus maju ke depan untuk menjalani kehidupan. Namun, masih ada orang yang masih bingung, mau kemana sih hidup kita? atau untuk apa hidup kita ini? Nah, kalo mau tahu, yuk kita pahamin perbedaan tujuan hidup dan makna hidup.

Benang Tipis antara Tujuan Hidup dengan Makna Hidup terletak dari kesungguhan niat untuk berbagi dengan sesama (sharing to the others). Secara umum manusia hampir dipastikan memiliki tujuan hidup yang hampir sama antara satu dengan lainnya, seperti; harta melimpah; rumah, sawah spread up every where in every location, deposito bejibun tidak habis 7 turunan, istri cantik full-pressed body yang patuh pada suami, anak yang sholih/sholihah, bekerja tidak bersusah payah tetapi besar gajinya dan lain-lain. Itulah alasan mengapa orang dengan mudah dan lugas akan menjawab ketika ditanyakan: “apa tujuan hidup saudara?”. Tetapi coba anda rubah pertanyaannya dengan format yang kurang lebih sama tapi kaya makna, seperti “apa makna hidup buat saudara?”, saya yakin jawaban yang diberikan tidak akan semudah ia menjawab pertanyaan “tujuan Hidup” seperti tersebut diatas.

Pertanyaannya mengapa begitu sulit menjawab pertanyaan “apa makna hidup buat anda?” dengan “apa tujuan hidup anda?”. Jawabannya terletak pada muatan nilai“value” antara tujuan hidup dan makna hidup, nilai kemaslahatan dan asas kemanfaatan yang hadir pada masyakarat dengan eksistensi, kehadiran diri kita yang mempribadi. Mudah saja bagi orang mencapai kejayaan dan mencapai kekayaan, walau harus diakui upaya yang dilakukan terkadang dicapai dengan langkah tertatih-tatih bahkan bisa jadi mereka mencari jalan tercepat mencapai kekayaan dengan melacurkan harga dirinya dengan tindakan manipulasi anggaran, rekayasa proyek, mark-up pengeluaran, menistakan harga diri dengan menjadi mafia anggaran, preman proposal dan calo proyek dari beraneka ragam kegiatan yang dialokasikan pusat untuk daerah.

Tapi coba Saudara pikir dan renungkan pertanyaan berikut; “mudahkan membuat membuat teman kita tersenyum?”, atau “mudahkah membuat si miskin tertawa-tawa bahagia ?”, atau “atau mudahkah kita sebagai pendidik membuat para siswa, mahasiswa, santri kita bebas menyuarakan aspirasi, hati nurani tanpa tertekan oleh status “penguasa” yang kita miliki? Tentu sangat berat jawabannya, disamping itu diperlukan kesabaran diri serta kemahiran mengesampingkan ego kita sebagai manusia yang seringkali menjelma menjadi sosok homo homini lupus.

Tujuan hidup kita, saya dan saudara, selalu, selalu dan selalu individualistik-minded !, pertanyaannya apakah mungkin kita mau merubah paradigma berpikir dari tujuan hidup ke makna hidup tentunya tanpa memalingkan diri sepenuhnya dari tujuan hidup kita yang sentralistik dan individualistik. Memang diperlukan sikap yang bijaksana untuk memahaminya dan salah satu yang menjadi kekuatan kita dalam mensikapi hidup adalah karena kita adalah pribadi yang “peduli” dengan orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar